Monday, April 7, 2014

Pendaftaran Bujang & Dara kota Pekanbaru tahun 2014


Pendaftaran Bujang & Dara kota Pekanbaru tahun 2014

Syarat :                                        
- mengisi formulir pendaftaran yang dapat diambil di kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Pekanbaru jalan Arifin Ahmad No. 39
- Warga Negara Indonesia (WNI) dan wajib memiliki KTP kota Pekanbaru
- usia 18 hingga 24 tahun
- tinggi minimal Bujang 170 cm dan minimal Dara 165 cm
- minimal tamatan SMA/SMK/sederajat
- berpenampilan menarik dan cerdas
- memiliki pengetahuan tentang pariwisata dan kebudayaan Riau khususnya Pekanbaru
- belum menikah
- berkelakuan baik dan bebas dari narkoba
- belum pernah terpilih sebagai pemenang atau pun finalis Bujang dan Dara kota Pekanbaru maupun provinsi Riau
- mampu berkomunikasi dalam bahasa asing, minimal bahasa inggris
- tidak memakai kawat gigi (behel)

Jadwal Kegiatan :
- pendaftaran dimulai dari tanggal 1 hingga 11 April 2014
- pengumuman seleksi administrasi tanggal 11 April 2014
- interview yang lulus administrasi pada tanggal 12 April 2014
- Pengumuman 20 besar Bujang dan Dara pada tanggal 13 April pukul 09.00
- seleksi minat dan bakat pada tanggal 14 April 2014 sekaligus pengumuman 12 finalis Bujang dan Dara
- pembekalan dan pembinaan 12 finalis pada tanggal 15-17 April 2014
- malam puncak pemilihan Bujang dan Dara kota Pekanbaru pada tanggal 19 April 2014

Thursday, April 3, 2014

Dan Ketika Seorang Menteri RI Mengontrak Rumah

Di dalam gang sempit itu, berkelok dari jalan utama, menyelusup gang-gang padat rumah di Jatinegara terdapat sebuah rumah mungil dengan satu ruang besar. Begitu pintu dibuka, akan ada koper-koper berkumpul di sudut rumah dan kasur-kasu digulung di sudut lainnya ruang besar itu. Di sanalah tempat tidur Haji Agus Salim (Menteri Luar Negeri RI) bersama istri dan anak-anaknya. 
Dikontrakkan yang lain, Agus Salim, kira-kira enam bulan sekali mengubah letak meja kursi, lemari sampai tempat tidur rumahnya. Kadang-kadang kamar makan ditukarnya dengan kamar tidur. Haji Agus Salim berpendapat bahwa dengan berbuat demikian ia merasa mengubah lingkungan, yang manusia sewaktu-waktu perlukan tanpa pindah tempat atau rumah atau pergi istirahat di lain kota atau negeri. 
Begitulah seperti dikisahkan Mr. Roem, murid dari H. Agus Salim yang juga tokoh Masyumi ini. Anies Baswedan dalam ‘Agus Salim: Kesederhanaan, Keteladanan yang Menggerakan’ menyebutkan bahwa H. Agus Salim hidup sebagai Menteri dengan pola ‘nomaden’ atau pindah kontrakkan ke kontrakkan lain. Dari satu gang ke gang lain. Berkali-kali Agus Salim pindah rumah bersama keluarganya. “Selama hidupnya dia selalu melarat dan miskin,” kata Profesor Willem “Wim” Schermerhorn. Wim menjadi ketua delegasi Belanda dalam perundingan Linggarjati. (Majalah Tempo Edisi Khusus Agus Salim) Pernah, pada salah satu kontrakkan tersebut, toiletnya rusak. Setiap Agus Salim menyiram WC, air dari dalam meluap. Sang istri pun menangis sejadi-jadinya, karena baunya yang meluber dan air yang meleber. Zainatun Nahar istrinya,tak kuat lagi menahan jijik sehingga ia muntah-muntah. 
Agus Salim akhirnya melarang istrinya membuang kakus di WC dan ia sendiri yang membuang kotoran istirnya menggunakan pispot. Kasman Singodimedjo (tokoh Muhammadiyah dan Masyumi Ketua KNIP Pertama), dalam ‘Hidup Itu Berjuang’ mengutip perkataan mentornya yang paling terkenal: “leiden is lijden” (memimpin itu menderita) kata Agus Salim. Lihatlah bagaimana tak ada sumpah serapah meminta kenaikan jabatan, tunjangan rumah dinas, tunjangan kendaraan, tunjangan kebersihan WC, tunjangan dinas ke luar negeri untuk pelesiran, dll. Saat salah satu anak Salim wafat ia bahkan tak punya uang untuk membeli kain kafan. Salim membungkus jenazah anaknya dengan taplak meja dan kelambu. Ia menolak pemberian kain kafan baru. “Orang yang masih hidup lebih berhak memakai kain baru,” kata Salim. “Untuk yang mati, cukuplah kain itu.” 
Dalam Buku ‘Seratus Tahun Agus Salim’ Kustiniyati Mochtar menulis, “Tak jarang mereka kekurangan uang belanja.” Ya, seorang diplomat ulung, menteri, pendiri Bangsa yang mewakafkan dirinya untuk mengabdi kepada Allah, bahwa memimpin itu adalah ibadah. Seorang yang memilih jalan becek dan sunyi, berjalan kaki dengan tongkatnya dibanding gemerlap karpet merah dan mobil Land Cruiser, Alphard, dan gemerlap jantung kota lainnya. Kita tentu rindu sosok seperti mereka, bukan tentang melaratnya mereka, tapi tentang ruang kesederhanaan yang mengisi kekosongan nurani rakyat. Ketika Wapres Mohammad Hata tak mampu membeli sepatu impiannya hingga akhir hayat. Ketika Perdana Menteri Natsir menggunakan jas tambal, mengayuh sepeda ontel ke rumah kontrakkanya. Ketika Menteri keuangan Pak Syafrudin yang tak mampu membeli popok untuk anaknya. Semoga Allah hadirkan mereka, sebuah keteladanan yang mulai memudar di tengah gemerlap karpet merah Istana dan Senayan.

Kisah Abu nawas dan Tukang Cukur

"Hay Abu Nawas !! aku lihat kau selalu datang ke masjid itu dan melakukan shalat, kau ini menyembah apa?" tanya tukang cukur sambil mencukur rambut Abu Nawas.Abu Nawas terkejut. "Hah, kenapa kau tanya seperti itu ? Aku Menyembah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, Yang telah menciptakan kita!" jawab Abu Nawas."Hahahahaha, Tuhan yang mana wahai abu nawas? Tuhan itu tidak ada !! buktinya jika Tuhan itu ada tidak mungkin akan ada orang yang melarat didunia ini, tidak akan ada orang yg susah, orang yg hidupnya sering menderita !!, tidak mungkin jika Tuhan Yang Maha Penyayang itu benar2 ada!" sanggah tukang cukur."Ya sudahlah kalau begitu, aku tidak mau di cukur olehmu, sudah saja" jawab abu nawas" Kenapa? cukurannya belum selesai, rambutmu akan terlihat aneh jika berhenti sekarang"Abu Nawas tidak menjawab dan membersihkan pakaiannya dari rambut. 
Iya diam sejenak lalu melihat ke cermin. Tiba2 saja dia berujar."Hai tukang cukur, sebenarnya tukang cukur itu tidak ada!!!""hah?? Apa ??? apa maksudmu wahai Abu Nawas!?" tanya tukang cukur tidak mengerti."Benar, tukang cukur itu tidak ada!!""Kenapa kau bilang begitu? Tukang cukur itu ada, aku... yang baru saja mencukur mu" jawab tukang cukur semakin tidak mengerti."Mustahil, jika tukang cukur itu ada tidak mungkin rambut ku menjadi sejelek ini, tentu rambutku akan lebih rapi, kenapa juga orang yang ada disudut jalan sana ada yang rambutnya kusut tidak terurus, berarti tukang cukur itu tidak ada" jawab Abu Nawas santai. "Hey Abu Nawas, itukan salah mu sendiri, kenapa kau tidak mau meneruskan cukuranmu? kenapa kau tidak meminta kepadaku untuk merapikannya?, kenapa orang2 disudut jalan sana tidak memintaku untuk mencukurnya?? seandainya dia datang kepadaku, aku akan merapikannya""Nah, berarti Tuhan itu ada !!, orang2 yang susah, melarat, sering merasa menderita itu kenapa mereka tidak mau datang dan mendekat kepada Tuhannya.